Tampilkan postingan dengan label Sri Sultan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sri Sultan. Tampilkan semua postingan

Minggu, 27 Agustus 2017

Sri Sultan Hamengku Buwono II (1792-1828)



Lahir di lereng Gunung Sindoro pada tanggal 7 Maret 1750 dari permaisuri kedua Sri Sultan Hamengku Buwono I, ia diberi nama kecil Raden Mas (RM) Sundoro. Masa kecilnya dilalui bersama ibunda, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Kadipaten, di wilayah pengungsian akibat perang melawan VOC. Situasi tersebut kelak membentuk karakter yang keras pada diri Sri Sultan Hamengku Buwono II.

Ketika tiba masa perjanjian Giyanti, dan berlanjut ke perpindahan keluarga besar Sri Sultan Hamengku Buwono I ke Keraton Yogyakarta, RM. Sundoro mulai tinggal di dalam keraton dengan status putera raja. Semenjak itu pula kecintaan dan kepercayaan Sri Sultan Hamengku Buwono I kepada RM. Sundoro meningkat. Pada tahun 1758, ketika RM. Sundoro dikhitan, beliau diangkat menjadi putra mahkota.

Sri Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792)

Dikenal dengan nama Pangeran Mangkubumi, pendiri dan pembangun Keraton Yogyakarta ini lahir pada tanggal 5 Agustus 1717 dengan nama Bendara Raden Mas (BRM) Sujono. Pangeran Mangkubumi merupakan putra Sunan Amangkurat IV melalui garwa selir yang bernama Mas Ayu Tejawati. Kelak, sebagai peletak dasar budaya Mataram, beliau akan memberi warna dan ruh tidak hanya bagi lingkungan keraton tetapi seluruh masyarakat Yogyakarta.
Sedari kecil, BRM Sujono dikenal sangat cakap dalam olah keprajuritan. Beliau mahir berkuda dan bermain senjata. Selain itu, beliau juga dikenal sangat taat beribadah sembari tetap menjunjung tinggi nilai-nilai luhur Budaya Jawa.
Berkat kecakapan itulah, ketika paman beliau yang bernama Mangkubumi meninggal pada tanggal 27 November 1730, beliau lalu diangkat menjadi Pangeran Lurah. Yaitu pangeran yang dituakan di antara para putera raja. Kelak, ketika sudah dewasa, beliau juga menyandang nama yang sama dengan pamannya. BRM Sujono kemudian lebih dikenal sebagai Pangeran Mangkubumi.

Minggu, 10 April 2016

Sri Sultan Lakukan Napak Tilas : 10 tahun gempa Jogja & Jateng

Gubernur DI. Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X bersama Bupati Bantul, Suharsono mererima pejelasan dari Kepala Program Studi Magister Teknik Geologi UPN Yogyakarta, Dr. C. Prasetyadi saat melakukan kunjungan ke lokasi Sesar (patahan) Opak di Dusun Kembangsongo, Trimulyo, Jetis, Bantul, DI. Yogyakarta, Sabtu (09/04/2016). Kunjungan ini merupakan bagian dari rangkaian acara Napak Tilas Gempa Jogja 2006. Sejumlah akademisi meminta kepada pemerintah agar kawasan patahan ini tidak rusak oleh kegiatan penambangan agar tetab bisa menjadi wahana studi bagi mahasiswa ataupun peneliti geologi.
Sri Sultan bersama sejumlah pejabat seperti Danrem, Danlanal, pejabat Pemerintah Daerah DIY dan Bupati Bantul Suharsono mengunjungi Dusun Potrobayan, Desa Srihardono, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

Dalam sambutannya Sri Sultan HB X mengatakan masyarakat Yogyakarta membutuhkan waktu selama kurang lebih dua tahun untuk kembali pulih seperti saat sebelum terjadinya gempa, dan kunci dari percepatan pemulihan tersebut adalah kebersamaan dan gotong royong dari seluruh warga.