Jejaring Sosial memang mempunya kekuatan yang luar biasa untuk menyebar informasi, baik positif maupun negatif, banyak komunitas terbentu berawal dari klub atau group di jejaring sosial , saat ini memang facebook yang mempunyai penggemar terbanyak kayaknya, Wajar ada group Kajian, berita, dakwah, politik, jualan, info kecelakaan, info cegatan, info herbal , dll
Kamis, 31 Agustus 2017
Teh Herbal Daun Sukun
Minggu, 27 Agustus 2017
Sri Sultan Hamengku Buwono Ka10
Terlahir dengan nama Bendara Raden Mas
(BRM) Herjuno Darpito pada tanggal 2 April 1946 di Yogyakarta, kemudian
menghabiskan sepanjang hidupnya di kota yang ia cintai, Sri Sultan
Hamengku Bawono Ka10 tumbuh menjadi pribadi yang sangat dekat dengan
kota dan rakyatnya. Setelah dewasa beliau ditunjuk oleh ayahandanya
sebagai Pangeran Lurah atau yang dituakan diantara semua pangeran di Keraton Yogyakarta. Mas Jun, begitu beliau biasa disapa pada saat muda, kemudian diberi gelar Kanjeng Gusti Pangeran Harya (KGPH) Mangkubumi.
Sebelum
bertahta sebagai Sultan Yogyakarta, KGPH Mangkubumi sudah terbiasa
dengan pelbagai urusan di pemerintahan. Beliau sering diminta membantu
tugas-tugas ayahandanya, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, yang saat itu
menjabat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia. Selain itu, KGPH
Mangkubumi sendiri juga aktif di berbagai kegiatan sosial
kemasyarakatan. Beberapa jabatan yang pernah beliau emban diantaranya
sebagai Ketua Umum Kadinda DIY, Ketua DPD Golkar DIY, Ketua KONI DIY dan
Presiden Komisaris PG Madukismo.
Sri Sultan Hamengku Buwono IX (1940 - 1988)
Gusti Raden Mas Dorojatun,
demikian nama yang disandang beliau ketika kecil. Dilahirkan pada
tanggal 12 April 1912, beliau adalah anak kesembilan Sri Sultan Hamengku
Buwono VIII dari istri kelimanya, Raden Ajeng Kustilah atau Kanjeng
Ratu Alit.
Masa muda GRM. Dorojatun
dihabiskan di luar lingkungan keraton. Sri Sultan Hamengku Buwono VIII
menitipkan beliau ke pasangan Belanda. Semenjak berusia 4 (empat)
tahun, beliau dititipkan di rumah keluarga Mulder, seorang kepala
sekolah NHJJS (Neutrale Hollands Javanesche Jongen School).
Pihak
keluarga Mulder diberi pesan supaya mendidik GRM Dorojatun layaknya
rakyat biasa. GRM Dorojatun diharuskan hidup mandiri, tanpa didampingi
pengasuh. Nama keseharian beliaupun jauh dari kesan bangsawan keraton.
Di keluarga ini, beliau dipanggil sebagai Henkie (henk kecil).
Masa-masa sekolah beliau jalani di Yogyakarta, mulai dari Frobel School (taman kanak-kanak), lanjut ke Eerste Europe Lagere School B yang kemudian pindah ke Neutrale Europese Lagere School. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar, beliau melanjutkan pendidikan ke Hogere Burgerschool di Semarang dan Bandung.
Jenjang
pendidikan HBS belum tuntas ditempuh ketika ayahanda memutuskan
mengirim beliau bersama beberapa saudaranya, ke Belanda. Setelah
menyelesaikan Gymnasium beliau melanjutkan pendidikan di Rijkuniversitet
di Leiden. Di sini beliau mendalami ilmu hukum tata negara, sambil
aktif mengikuti klub debat yang dipimpin Profesor Schrieke. Pada masa
pendidikan di Belanda ini pula beliau berkenalan dan kemudian menjadi
sahabat karib Putri Juliana yang kelak akan menjadi Ratu Belanda.
Sri Sultan Hamengku Buwono VIII (1921 - 1939)
Pada tanggal 3 Maret 1880, lahirlah putra Sri Sultan Hamengku Buwono VII dari rahim Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas yang diberi nama Gusti Raden Mas (GRM) Sujadi. Setelah dewasa GRM Sujadi bergelar Gusti Pangeran Haryo (GPH) Puruboyo yang kelak dinobatkan sebagai Sri Sultan Hamengku Buwono VIII.
Perjalanan
GPH. Puruboyo sebagai penerus tahta Kasultanan Ngayogyakarta
sesungguhnya melalui jalan yang panjang. Awalnya, Sri Sultan Hamengku
Buwono VII telah mengangkat putra sulung GKR Hemas, GRM Akhadiyat,
sebagai putera mahkota. Akan tetapi, tidak lama setelah dinobatkan
sebagai putera mahkota, GRM Akhadiyat sakit hingga meninggal dunia. Sri
Sultan Hamengku Buwono VII kemudian mengangkat GRM Pratistha sebagai
pengganti putera mahkota sebelumnya. Putera mahkota kedua yang juga
bergelar Adipati Juminah ini di kemudian hari gelarnya dicabut karena
alasan kesehatan. Posisi putera mahkota untuk yang ketiga kali kemudian
jatuh kepada GRM Putro. Nasib baik tidak berpihak kepada GRM Putro yang
juga meninggal dunia akibat sakit keras. Akhirnya, pilihan Sri Sultan
Hamengku Buwono VII untuk didudukkan sebagai mahkota jatuh kepada GPH
Puruboyo.
Sri Sultan Hamengku Buwono VII (1877 - 1921)
Gusti Raden Mas (GRM) Murtejo, demikian nama kecil beliau, lahir pada tanggal 4 Februari 1839 dari rahim Gusti Kanjeng Ratu
(GKR) Sultan. GKR Sultan merupakan permaisuri kedua Sri Sultan Hamengku
Buwono VI. Permaisuri pertama, GKR Hamengku Buwono, yang merupakan
puteri Paku Buwono VIII dari Surakarta tidak mempunyai anak laki-laki.
Oleh karena itu, setelah Sri Sultan Hamengku Buwono VI wafat, GRM
Murtejo menggantikan posisi ayahandanya sebagai Sri Sultan Hamengku
Buwono VII pada tanggal 13 Agustus 1877.
Pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono VII, perkembangan industrialisasi meningkat seiring era Tanam Paksa (Cultuur Stelsel).
Hal ini bisa dilihat dari tumbuh dan berkembangnya pabrik gula waktu
itu. Tak kurang terdapat 17 pabrik gula berdiri pada masa pemerintahan
Sri Sultan Hamengku Buwono VII. Pabrik-pabrik tersebut terdiri dari
pabrik milik Kasultanan, swasta maupun milik Belanda. Dari setiap
pabrik, beliau menerima uang sebesar f 200.000 (f = florin, rupiah Belanda) dari Pemerintah Belanda.
Sri Sultan Hamengku Buwono VI (1855 - 1877)
Dilahirkan dengan nama Gusti Raden Mas (GRM) Mustojo pada tanggal 10 Agustus 1821, beliau adalah putera dari Sri Sultan Hamengku Buwono IV dari permaisuri Gusti Kanjeng Ratu
(GKR) Kencono. Pada tahun 1839 ketika sudah berganti nama menjadi
Pangeran Adipati Mangkubumi beliau mendapat pangkat Letnan Kolonel dari
pemerintah Hindia Belanda. Kelak pangkat beliau naik menjadi Kolonel
pada tahun 1847.
Sri
Sultan Hamengku Buwono V wafat dalam kondisi tidak meninggalkan putera.
Selang 13 hari kemudian, baru sang permaisuri -GKR Sekar Kedaton,
melahirkan seorang putera yang diberi nama GRM. Timur Muhammad yang
bergelar Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Suryaning Ngalaga ketika
sudah dewasa. Mengatasi kondisi tersebut, pemerintah kolonial Hindia
Belanda menetapkan Pangeran Adipati Mangkubumi sebagai Sri Sultan
Hamengku Buwono VI yang dinobatkan pada tanggal 5 Juli 1855.
Sri Sultan Hamengku Buwono V (1823 - 1855)
Lahir pada tanggal 20 Januari 1821, putera Sri Sultan Hamengku Buwono IV dengan Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Kencono ini diberi nama Gusti Raden Mas (GRM)
Gatot Menol. Tahun 1823, ketika ayahandanya wafat, beliau diangkat
menjadi Sri Sultan Hamengku Buwono V ketika baru menginjak usia 3 tahun.
Tumbuh besar dengan perlakuan khusus antara perasaan iba dan tanggung
jawab yang besar seperti itulah yang membentuk karakter beliau menjadi
orang yang lemah lembut dan sebisa mungkin menghindari kekerasan.
Dikarenakan
usia sultan yang masih sangat belia, maka dibentuk dewan perwalian
untuk mendampingi tugas-tugas pemerintahan. Anggota dewan perwalian
terdiri atas Ratu Ageng (nenek Sultan, yang juga permaisuri Sri Sultan
Hamengku Buwono III), Ratu Kencono (ibu Sultan, permaisuri Sri Sultan
Hamengku Buwono IV), Pangeran Mangkubumi (putra Sri Sultan Hamengku
Buwono II) dan Pangeran Diponegoro. Para wali itu hanya mempunyai
wewenang mengawasi keuangan keraton, sedangkan pelaksanaan pemerintahan
keraton berada di tangan Patih Danurejo IV, di bawah pengawasan residen
Belanda. Sama halnya dengan ayah beliau yang didampingi oleh dewan
perwalian, Sri Sultan Hamengku Buwono V memegang kendali pemerintahan
secara penuh pada tahun 1836 ketika usianya menginjak 16 tahun. Masa
kepemimpinannya sempat digantikan sementara oleh kakek buyutnya, Sri
Sultan Hamengku Buwono II pada tahun 1826-1828.
Sri Sultan Hamengku Buwono IV (1814 - 1822)
Lahir pada tanggal 3 April 1804 dengan nama kecil Gusti Raden Mas
(GRM) Ibnu Jarot, beliau ditunjuk menjadi putera mahkota saat penobatan
ayahnya sebagai sultan pada tanggal 21 Juni 1812. Tidak lama berselang,
putra Sri Sultan Hamengku Buwono III dengan permaisuri Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hageng ini naik tahta sebagai Sri Sultan Hamengku Buwono IV pada tanggal 9 November 1814 ketika usianya masih 10 tahun.
Karena
usianya yang masih belia, maka pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono
IV didampingi oleh wali raja. Salah satu wali raja yang ditunjuk saat
itu adalah Pangeran Notokusumo yang telah bergelar Paku Alam I.
Kedudukannya sebagai wali ditentukan hingga sultan mencapai akil baligh
di usia 16 tahun pada 1820. Walaupun demikian, menjelang penyerahan
kekuasaan Inggris ke Belanda pada tahun 1816, Ibunda Sultan –kemudian
disebut Ratu Ibu, dan Patih Danurejo IV lah yang menjalankan wewenang
sebagai wali sultan sehari-hari.
Label:
HB IV,
Kraton,
Raja,
Raja Jogja,
Sultan
Sri Sultan Hamengku Buwono III (1810 - 1814)
Beliau memiliki nama kecil Raden Mas (RM) Surojo, lahir pada tanggal 20 Februari 1769. Adalah putra Sri Sultan Hamengku Buwono II dengan Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Kedhaton. Dalam biografi Tan Jin Sing disebutkan bahwa beliau adalah orang yang pendiam dan cenderung mengalah.
Pada
usianya yang ke 41, tepatnya Bulan Desember 1810, terjadi manuver
pasukan Belanda ke Keraton Yogyakarta sebagai buntut perseteruan antara
Sri Sultan Hamengku Buwono II dengan Letnan Gubernur Jenderal Herman
Willem Daendels. Akibat dari perseteruan ini, Sri Sultan Hamengku Buwono
II dilengserkan dari jabatannya oleh pemerintah kolonial Belanda.
Saat itulah kemudian RM. Surojo diangkat sebagai Hamengku Buwono III dengan pangkat regent
atau wakil Raja. Sementara itu, Sri Sultan Hemengku Buwono II masih
tetap diijinkan untuk tinggal di dalam keraton dengan sebutan Sultan
Sepuh.
Sri Sultan Hamengku Buwono II (1792-1828)
Lahir di lereng Gunung Sindoro
pada tanggal 7 Maret 1750 dari permaisuri kedua Sri Sultan Hamengku
Buwono I, ia diberi nama kecil Raden Mas (RM) Sundoro. Masa kecilnya dilalui bersama ibunda, Gusti Kanjeng Ratu
(GKR) Kadipaten, di wilayah pengungsian akibat perang melawan VOC.
Situasi tersebut kelak membentuk karakter yang keras pada diri Sri
Sultan Hamengku Buwono II.
Ketika tiba masa perjanjian Giyanti, dan berlanjut ke perpindahan
keluarga besar Sri Sultan Hamengku Buwono I ke Keraton Yogyakarta, RM.
Sundoro mulai tinggal di dalam keraton dengan status putera raja.
Semenjak itu pula kecintaan dan kepercayaan Sri Sultan Hamengku Buwono I
kepada RM. Sundoro meningkat. Pada tahun 1758, ketika RM. Sundoro
dikhitan, beliau diangkat menjadi putra mahkota.
Sri Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792)
Dikenal dengan nama Pangeran
Mangkubumi, pendiri dan pembangun Keraton Yogyakarta ini lahir pada
tanggal 5 Agustus 1717 dengan nama Bendara Raden Mas (BRM) Sujono. Pangeran Mangkubumi merupakan putra Sunan Amangkurat IV melalui garwa selir
yang bernama Mas Ayu Tejawati. Kelak, sebagai peletak dasar budaya
Mataram, beliau akan memberi warna dan ruh tidak hanya bagi lingkungan
keraton tetapi seluruh masyarakat Yogyakarta.
Sedari kecil, BRM Sujono dikenal sangat
cakap dalam olah keprajuritan. Beliau mahir berkuda dan bermain senjata.
Selain itu, beliau juga dikenal sangat taat beribadah sembari tetap
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur Budaya Jawa.
Berkat kecakapan itulah, ketika paman
beliau yang bernama Mangkubumi meninggal pada tanggal 27 November 1730,
beliau lalu diangkat menjadi Pangeran Lurah. Yaitu pangeran yang
dituakan di antara para putera raja. Kelak, ketika sudah dewasa, beliau
juga menyandang nama yang sama dengan pamannya. BRM Sujono kemudian
lebih dikenal sebagai Pangeran Mangkubumi.
Label:
Istimewa,
Kasultanan,
Kraton Jogja,
Pemerintah,
Raja,
Sri Sultan
Minggu, 06 Agustus 2017
SQ Virgin Cocout Oil (VCO)
Virgin Coconut Oil merupakan minyak kelapa yang dihasilkan dari
santan kelapa segar tapa melalui poses pemanasan dan tanpa penambahan
bahan apapun dibuat dengan metode cold Proses.
Asam lemak yang terikat sebagai Trigleserida di dalamVCO adalah asam lemak rantai sedang (MCTs)yang dikenal dengan MCFA (Medium Chain Fatty Acid) yang mempunyai sifat anti virus, anti bakteri,anti jamur,
Asam lemak yang paling dominan dalam VCO adalah Asam Laurat, yang mempuyai kelebehan dapat membentuk monolaurin di dalam tubuh, yang dapat mengikat lemak dan racun pada tubuh
VCO SQ ekstra virgin coconut oil mempunyai kelebihan antara lain berbau harum,segar, tahan disimpan selama kisaran 2 tahun pada kondisi tebuka
Asam lemak yang terikat sebagai Trigleserida di dalamVCO adalah asam lemak rantai sedang (MCTs)yang dikenal dengan MCFA (Medium Chain Fatty Acid) yang mempunyai sifat anti virus, anti bakteri,anti jamur,
Asam lemak yang paling dominan dalam VCO adalah Asam Laurat, yang mempuyai kelebehan dapat membentuk monolaurin di dalam tubuh, yang dapat mengikat lemak dan racun pada tubuh
VCO SQ ekstra virgin coconut oil mempunyai kelebihan antara lain berbau harum,segar, tahan disimpan selama kisaran 2 tahun pada kondisi tebuka
Langganan:
Postingan (Atom)